Jika dalam satu pekan anak memiliki 168 jam, 56 jamnya digunakan untuk tidur, sisa waktu yang dimiliki anak tinggal 112 jam. Jika 55 jam per pekan anak nonton tivi maka sisa waktu untuk tumbuh dan belajar tinggal 57 jam. 30 jam waktu anak per pekan dihabiskan di sekolah (6 jam habis untuk berangkat pulang dari rumah sekolah dan 7 jam untuk mengerjakan PR). Sisanya masih ada 17 jam. Waktu ini masih dipotong makan 3 jam jadi anak hanya punya waktu sisa 14 jam. Apa yang dilakukan anak selama 14 jam jika ortu tidak mau memanfaatkan waktu ini untuk mendidiknya?
Jika anak nonton tivi 2 jam perhari maka anak akan nonton 14 jam per pekan, berarti 60 jam per bulan dan 730 jam per tahun. Kalau dibandingkan dengan kita mengajak anak bepergian untuk melihat keindahan alam selama 9 jam pulang pergi maka waktu nonton 730 jam dapat dimanfaatkan untuk pergi dengan anak 81 kali per tahun. Mana yang lebih bermanfaat?
Mengapa kita perlu mendidik anak-anak untuk menjadi generasi cerdas?
- Anak memiliki otak jumlahnya milyaran yang siap untuk diisi
- Masa depan anak tergantung dari apa yang di dapat selama masa usia dini
- Ada masa-masa dimana anak harus dilatih pelajaran dan keterampilan tertentu pada masa-masa tertentu
- Anak tidak tahu apa yang baik untuk dirinya sendiri karena masih kurang pengalaman (anak selalu memilih sesuatu yang enak dan menyenangkan atau mungkin yang berbahaya)
- Anak membutuhkan banyak tantangan dan pengalaman dalam hidupnya untuk dapat memahami dunia dan memiliki akhlak yang baik
- Anak perlu diarahkan untuk memahami keunikan dirinya, kelebihan dan kekurangannya juga memiliki motivasi dari dalam dirinya.
- Ortu berperan untuk menyediakan dan merencanakan pengalaman belajar yang diperlukan anak
- Ortu perlu melatih dan memberikan tantangan sehingga kemampuan anak berkembang secara optimal sejalan dengan tahap perkembangannya
- Ortu perlu membantu mengembangkan keunikan dan akhlakul karimah anak
Zaman sudah berubah dan manusia memiliki kebutuhan yang berbeda, kita mungkin harus merubah pola pengajaran yang selama ini digunakan. Pola pengajaran yang lebih sibuk pada menghafal begitu banyak informasi. Anak-anak lebih sibuk menghafal daripada memahami. Apakah semua informasi tersebut penting?
Tujuan dari pendidikan Islam BUKAN sekedar mengisi otak anak kita dengan informasi tentang Islam, namun melatih anak untuk memahami apa arti menjadi muslim. Melatih anak untuk dapat membuat melakukan pilihan tepat dan mengambil keputusan sendiri yang benar menurut agama.
Pendidikan dengan pendekatan paradigma baru lebih menekankan pada pemahaman dan bukan hapalan. Pembelajarannya kongkrit dan bermakna pada anak (baca: tema yang dipilih sangat dekat dengan kehidupan anak sehari-hari dan melibatkan seluruh inderanya)
Penentu keberhasilan hidup anak bukan nilai pelajaran sekolah. Bukan aspek kognitif tapi lebih karena karakter atau akhlakul karimah.
Ada sebuah pepatah, character is what you are when no one is looking (karakter adalah apa adanya kita ketika tidak ada seorang pun yang melihat). Jadi, seseorang mau berlaku jujur atau tidak karena ada kontrol internal dalam dirinya yang kuat untuk tidak berlaku tidak baik, dan ini sudah menjadi karakternya, dilihat atau tidak dilihat orang.
Dalam agama Islam, Allah sudah menyediakan idola atau contoh teladan. Persoalan kita sekarang adalah bagaimana caranya kita mengenalkan, memahamkan dan memasukkan nilai keteladan tersebut ke dalam anak-anak kita.
Proses pendidikan melalui diskusi, dialog, dan membangkitkan kesadaran yang dilakukan pendidik untuk anak didiknya, tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kontrol eksternal seperti peraturan dan sanksi. Kontrol internal akan lebih efektif, sedangkan mengandalkan kontrol eksternal saja akan tetap membuat seseorang berlaku tidak baik kalau ada celah dan kesempatan.
Berdasarkan sejarah dan beberapa penelitian, cara terbaik menanamkan karakter atau nilai keteladan kepada anak-anak adalah dengan beberapa cara berikut ini: garis besarnya seperti ini THINKING, SEEING dan DOING! MEMAHAMI, LIHAT DAN MELAKUKAN! Pendidikan Islam harus memiliki kekuatan untuk memberikan inspirasi dan merubah (transformasi) seseorang.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menjadi ortu berkualitas untuk membangun generasi cerdas:
- BERMAKNA (ada gunanya, ada hubungannya dan bermakna untuk anak, anak melihat kegunaan dan mungkin diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya, sesuai dengan AGAMA, USIA, SOSIAL BUDAYA dan KEUNIKAN ANAK)
- MENYELURUH (pembelajaran harus meliputi semua aspek anak mulai dari spiritualnya, emosinya, sosial, intelektualnya dan fisiknya, menyeleruh untuk waktu dan tempatnya, juga menyeluruh meliputi pengetahuan dan nilai-nilai kebijakan dalam bentuk aksi dan aplikasi)
- BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN (selalu pertimbangkan aspek nilai-nilai kebajikan dalam setiap pembelajaran dan selalu ada kesempatan anak untuk mencoba nilai-nilai kebajikan)
- MENANTANG (pembelajaran yang diberikan harus dapat menantang anak untuk memeriksa atau memikirkan lebih jauh apa yang sedang mereka pelajari dengan cara diskusi, bekerja produktif dalam kelompok dan mampu mempertahankan pendapatnya yang benar)
- AKTIF (pendidik harus aktif dan terlibat dalam proses mengajar mulai dari merencanakan, memilih dan melakukan penyesuaian kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak tidak hanya mengikuti langsung dari manual, pendidik senantiasa perlu memperbaharui pengetahuan, selalu mencari kesempatan emas saat bersama anak, memberikan contoh yang berhubungan langsung dengan kehidupan anak, mencari metode belajar yang melibatkan anak secara aktif.